Berita Hari IniCuaca Hari IniFakta AngkasaInfo Luar Angkasa

Artemis: Misi Kembali ke Bulan dan Awal Perjalanan Menuju Mars

telescope Setelah lebih dari lima dekade sejak manusia terakhir kali menginjakkan kaki di Bulan melalui misi Apollo 17 pada 1972, umat manusia kini bersiap melangkah kembali ke satelit alami Bumi tersebut. Namun kali ini, tujuan kita lebih jauh dari sekadar menginjakkan kaki dan menanam bendera. Melalui program ambisius bernama Artemis, NASA bersama mitra internasionalnya sedang mempersiapkan satu lompatan besar berikutnya—misi ke Mars. Misi ini bukan hanya menjadi kebangkitan eksplorasi luar angkasa, tapi juga simbol dari babak baru peradaban manusia.

Misi Artemis II Sudah Direncanakan tapi NASA Bingung apakah Jadi Pergi ke  Bulan atau Mars?


Apa Itu Program Artemis?

Artemis adalah program luar angkasa yang diluncurkan oleh NASA dengan tujuan utama mengembalikan manusia ke permukaan Bulan dan membangun fondasi untuk eksplorasi Mars. Nama “Artemis” sendiri diambil dari mitologi Yunani—saudara kembar dari Apollo, dewa yang namanya digunakan untuk program pendaratan bulan sebelumnya.

Yang membedakan Artemis dari pendahulunya adalah visinya yang jauh lebih progresif. Artemis bukan sekadar proyek pendaratan, melainkan proyek pembangunan. Tujuan utamanya adalah menciptakan keberadaan manusia yang berkelanjutan di Bulan, membangun pangkalan dan sistem transportasi yang akan menunjang ekspedisi menuju Mars.


Tonggak Awal: Artemis I

Artemis I merupakan tonggak awal dari keseluruhan misi. Diluncurkan pada 16 November 2022, misi ini merupakan uji coba tanpa awak dari roket Space Launch System (SLS) dan kapsul Orion. Tujuannya adalah untuk memastikan sistem transportasi antariksa tersebut dapat berfungsi dengan aman dan efisien sebelum mengangkut manusia dalam misi selanjutnya.

Orion mengorbit Bulan sejauh lebih dari 400.000 km dan kembali ke Bumi dengan selamat setelah 25 hari perjalanan. Ini bukan hanya pencapaian teknis, tetapi juga simbol bahwa teknologi kita telah matang untuk eksplorasi antariksa tahap selanjutnya.


Artemis II: Uji Nyali Astronot ke Orbit Bulan

Berikutnya adalah Artemis II, yang dijadwalkan membawa empat astronot mengelilingi Bulan. Misi ini akan menjadi uji pertama sistem kehidupan Orion dan pengaruh perjalanan antariksa terhadap manusia sebelum mereka benar-benar mendarat di permukaan Bulan.

Dengan durasi sekitar 10 hari, misi ini akan menjadi rehearsal besar untuk pendaratan yang sesungguhnya, dan memberikan data kritis tentang kinerja peralatan serta keselamatan kru.


Artemis III: Kembali Menginjakkan Kaki di Bulan

Artemis III adalah misi yang dinanti-nanti dunia. Dalam misi ini, untuk pertama kalinya seorang wanita dan astronot kulit berwarna akan mendarat di permukaan Bulan, sebuah langkah inklusif yang sangat berbeda dari era Apollo. Lokasi pendaratan pun berbeda: bukan di ekuator, melainkan di kutub selatan Bulan—wilayah misterius yang dipercaya menyimpan air es.

Air di kutub Bulan bukan hanya penting untuk kehidupan, tetapi juga sebagai bahan bakar roket di masa depan. Maka dari itu, misi ini juga akan menguji teknologi penambangan dan pemanfaatan sumber daya lokal atau in-situ resource utilization (ISRU).


Membangun Pangkalan di Bulan: Gateway dan Artemis Base Camp

Sebagai bagian dari strategi jangka panjang, NASA akan membangun dua komponen penting:

  1. Lunar Gateway – Sebuah stasiun luar angkasa kecil yang akan mengorbit Bulan dan menjadi transit point bagi misi ke permukaan maupun ke Mars.

  2. Artemis Base Camp – Sebuah pangkalan tetap di permukaan Bulan, tempat tinggal dan laboratorium bagi astronot, serta pusat logistik eksplorasi.

Dengan infrastruktur ini, Bulan bukan lagi sekadar tempat eksplorasi sesaat, tapi juga akan menjadi pelabuhan luar angkasa pertama manusia.


Mengapa Bulan Dulu, Baru Mars?

Banyak yang bertanya, mengapa harus ke Bulan dulu jika tujuan akhirnya Mars? Jawabannya terletak pada efisiensi, keamanan, dan strategi ilmiah.

Bulan adalah tempat ideal untuk melatih teknologi, protokol, dan kesiapan manusia dalam menghadapi lingkungan ekstrem yang mirip Mars. Jarak Bulan yang relatif dekat memungkinkan respons cepat terhadap kegagalan atau kecelakaan, yang tidak bisa dilakukan di Mars yang berjarak jutaan kilometer.

Selain itu, pengujian sistem pemurnian air, pemrosesan udara, serta sistem navigasi luar angkasa dapat dilakukan dengan risiko lebih kecil sebelum diaplikasikan di planet merah.


Langkah Menuju Mars: Artemis sebagai Batu Loncatan

Jika Artemis sukses, maka Mars adalah target berikutnya. Mars tidak hanya lebih jauh, tetapi juga lebih kompleks secara atmosfer, suhu, dan radiasi. Namun, dengan pengalaman yang di peroleh dari Artemis, misi Mars bukan lagi mimpi.

NASA menargetkan bahwa manusia pertama bisa menginjakkan kaki di Mars pada 2030-an. Artemis akan menjadi landasan dari segala hal: dari sistem transportasi antariksa, robotika, pemanfaatan sumber daya, hingga ketahanan hidup manusia di lingkungan asing.


Kolaborasi Internasional dalam Program Artemis

Artemis bukan hanya milik NASA. Program ini melibatkan banyak mitra internasional seperti European Space Agency (ESA), Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA), dan Canadian Space Agency (CSA). Bahkan swasta seperti SpaceX, Boeing, dan Blue Origin turut berperan aktif dalam pengembangan sistem peluncuran dan pendaratan.

Kolaborasi ini membuktikan bahwa eksplorasi luar angkasa adalah upaya global, bukan hanya ambisi satu negara.


Harapan Umat Manusia di Era Antariksa Baru

Artemis lebih dari sekadar program eksplorasi. Ini adalah simbol dari harapan manusia untuk tidak hanya menjadi penghuni Bumi, tapi juga penjelajah galaksi. Jika Artemis berhasil, maka generasi anak cucu kita akan melihat Bulan sebagai rumah kedua dan Mars sebagai tempat harapan baru peradaban.


Artemis dan Masa Depan Eksplorasi Manusia ke Planet Lain

Melalui Artemis, umat manusia sedang menuliskan ulang sejarah. Kembali ke Bulan bukanlah nostalgia, melainkan fondasi untuk sesuatu yang lebih besar: ekspansi umat manusia ke Mars dan mungkin lebih jauh lagi di masa depan. Dengan teknologi, kolaborasi global, dan semangat eksplorasi, Artemis menjadi cahaya baru dalam perjalanan manusia menembus batas-batas alam semesta.